"Perang bintang satu" antara netizen Indonesia dan Brasil memanas di dunia maya.

 


 Kediri, detik24jam.online  – Setelah Gunung Rinjani diserbu rating rendah oleh warganet Brasil buntut dari insiden pendaki meninggal, kini netizen Indonesia melakukan aksi balasan dengan membombardir Hutan Amazon lewat kolom ulasan Google Maps.

Insiden di Rinjani Jadi Pemicu

Semua bermula dari peristiwa tragis meninggalnya pendaki asal Brasil, Juliana Marins, saat mendaki Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat. Insiden tersebut memicu kemarahan warganet Brasil, yang lantas melampiaskan amarahnya dengan memberikan rating bintang satu kepada Gunung Rinjani.

Tak tinggal diam, netizen Indonesia balik menyerang—dan targetnya adalah Hutan Amazon, hutan tropis terbesar di dunia yang terletak di Brasil.

Aksi Balasan di Google Maps

Dengan menggunakan platform yang sama, netizen Indonesia secara kompak menurunkan rating Amazon Rainforest melalui Google Maps. Ribuan komentar dengan gaya khas netizen RI—penuh satire, sindiran, hingga humor nyeleneh—membanjiri kolom ulasan.

Beberapa komentar yang viral di antaranya:

  • “Paru-paru dunia kok sering kebakaran.”

  • “Siluman ular banyak di sini, hati-hati!”

  • “Jangan ke Amazon, mending ke hutan pinus di Batu.”

Sindiran, Kritik, dan Kreativitas Netizen

Kolom review Amazon kini ramai dengan ulasan berbahasa Indonesia yang menyinggung isu deforestasi, kebakaran hutan, hingga kebijakan lingkungan Brasil. Sebagian warganet juga menyindir keras pihak Brasil yang dianggap terburu-buru menyalahkan pengelola Rinjani tanpa memahami situasi medan.

Komentar netizen tidak hanya berisi kemarahan, tapi juga menunjukkan kreativitas yang dikombinasikan dengan rasa nasionalisme tinggi.

Rating Masih Tinggi, Tapi Citra Terganggu

Meski rating Hutan Amazon belum anjlok—masih di angka 4,0 dari sekitar 12.000 ulasan—dampak psikologisnya terasa. Banyak ulasan terbaru kini didominasi bahasa Indonesia, yang membingungkan pengguna internasional dan mencoreng citra digital destinasi tersebut.

Refleksi atas Perang Dunia Maya

Fenomena ini menjadi refleksi nyata bagaimana dunia digital kini bisa menjadi arena konflik baru antarbangsa, bukan hanya tempat berbagi informasi.

Dari yang semula menjadi media pemandu lokasi, Google Maps kini menjelma jadi panggung pertarungan digital, tempat netizen mempertaruhkan harga diri nasional melalui ulasan dan rating.

Meski tampak konyol bagi sebagian orang, “perang bintang satu” ini menunjukkan bahwa solidaritas digital netizen Indonesia bisa sangat kuat jika diarahkan pada isu yang menyentuh rasa nasionalisme.

Jika kekuatan ini diarahkan untuk hal positif—seperti kampanye budaya, pariwisata, hingga aksi sosial—maka potensi netizen RI untuk membawa perubahan sangatlah besar, baik di dunia maya maupun di dunia nyata. (RED.A)

0 Komentar