Sejak pagi, pengunjung terus berdatangan untuk menjelajahi ruang-ruang pamer museum yang menampilkan jejak panjang sejarah Kediri. Mulai dari era Hindu-Buddha, masa kolonial, hingga kebudayaan kontemporer, semua tersaji dengan pendekatan visual yang modern dan informatif.
Museum Bernuansa Modern, Edukatif dan Berkesan
Salah satu pengunjung, Brian Nur Faisa (22), mahasiswa Sejarah UNP Kediri yang juga warga Bandarlor, Mojoroto, mengaku takjub dengan koleksi dan penyajian informasi di museum.
“Jadi semakin tahu seperti apa peninggalan zaman dulu sampai era kolonial. Penjelasan dari tour guide-nya juga detail banget,” ucapnya.
Senada, Gusti Garnis Sasmita, Dosen Sejarah UNP Kediri, menyampaikan kesannya terhadap suasana museum yang dianggap berbeda dari museum-museum konvensional.
“Nuansa modernnya terasa. Penataan dan pencahayaannya sangat rapi, tidak sekadar menaruh barang antik begitu saja,” jelasnya.
Respons Positif dari Generasi Muda
Tour guide lokal, Juan Steve Susilo (26), warga Balowerti, mengungkapkan rasa senangnya melihat banyak anak muda tertarik datang ke museum.
“Biasanya anak muda mikirnya budaya itu mistis atau kuno. Tapi di sini mereka bisa lihat sisi edukatif dan sejarahnya dengan cara yang menarik,” ujarnya.
Dari pantauan di lokasi, mayoritas pengunjung berasal dari kalangan pelajar, mahasiswa, komunitas budaya, hingga masyarakat umum.
Lonjakan Pengunjung di Luar Perkiraan
Kepala Bidang Sejarah dan Purbakala Kabupaten Kediri, Eko Priyatno, mengakui bahwa antusiasme masyarakat melebihi ekspektasi.
“Hari pertama sudah ramai, hari kedua malah bertambah ramai. Sampai siang ini saja sudah lebih dari 150 pengunjung, belum termasuk yang sore. Ini di luar prediksi kami,” katanya.
Eko menyebut, pre-launching ini menjadi momen penting untuk memperkenalkan Museum Sri Aji Jayabaya sebelum pembukaan resminya yang direncanakan akhir tahun 2025.
“Kami buka sampai 21 Juni. Silakan datang, silakan berapresiasi dan mengenal lebih dekat sejarah Kediri,” pungkasnya. (red:a)
0 Komentar