Kediri, detik24jam.online – Suasana haru kembali menyelimuti jemaah haji asal Kabupaten Kediri. Salah satu jemaah dari kloter 05 embarkasi Surabaya (SUB), Abdul Manaf Sukardji, meninggal dunia di Tanah Suci, kemarin pagi (9/6), setelah berjuang melawan anemia berat dan sepsis.
Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Kediri, Achmad Faiz, membenarkan kabar tersebut. Ia mengatakan bahwa kondisi kesehatan Manaf terus menurun sejak beberapa hari terakhir. Saat puncak ibadah wukuf di Arafah, Manaf bahkan tidak bisa ikut serta dan harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit.
"Beliau wukufnya dibadalkan karena sedang dirawat. Saat itu kondisinya cukup berat, dan peralatan medis sudah melekat pada tubuh beliau," ujar Faiz.
Abdul Manaf yang berasal dari Desa Jantok, Kecamatan Purwoasri, sempat mendapat perawatan serius di Saudia National Hospital. Namun, takdir berkata lain. Pada pukul 06.05 Waktu Arab Saudi (WAS), ia dinyatakan meninggal dunia.
Menurut Faiz, penyebab utama wafatnya Manaf adalah anemia akut yang berlanjut menjadi sepsis—kondisi di mana tubuh mengalami infeksi serius yang memicu respons imun ekstrem dan membahayakan organ-organ tubuh.
"Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Kita doakan almarhum husnul khatimah dan segala amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT," tambah Faiz.
Kabar duka ini langsung disampaikan kepada pihak keluarga di Kediri. Setelah dilakukan koordinasi, keluarga sepakat agar jenazah Manaf dimakamkan di Tanah Suci. "InsyaAllah dimakamkan di Pemakaman Sharaya, yang lokasinya tak jauh dari Kota Makkah," ungkap Hadi Suseno, Ketua Kloter 05 SUB.
Dengan wafatnya Abdul Manaf, jumlah jemaah haji asal Kabupaten Kediri yang berpulang di Tanah Suci menjadi dua orang. Sebelumnya, pada Rabu (14/5), Inten Retno Wati (56), jemaah dari kloter yang sama, juga meninggal dunia di Kota Makkah. Kepergian mereka menyisakan duka mendalam, tak hanya bagi keluarga tapi juga rekan satu kloter yang menjalankan ibadah bersama.
Rangkaian Haji Hampir Rampung, Jemaah Kediri Raya Mulai Laksanakan Tawaf Ifadah dan Sai
Sementara itu, usai puncak ibadah Armuzna, mayoritas jemaah dari Kediri Raya telah kembali ke hotel masing-masing pada Minggu siang (8/6). Malam harinya, tepat pukul 22.00 WAS, sebagian besar jemaah bersiap menuju Masjidil Haram untuk melaksanakan tawaf ifadah dan sai—rukun penting dalam ibadah haji.
Namun, belum beroperasinya bus salawat memaksa jemaah berjalan kaki menuju Masjidil Haram. Hal ini menyebabkan sebagian jemaah memilih beristirahat lebih dulu untuk memulihkan tenaga, sebelum menyempurnakan ibadah di malam berikutnya.
Bagi yang memilih langsung ke Masjidil Haram, perjuangan tidak mudah. Kepadatan jemaah dari berbagai negara membuat suasana pelataran Kakbah penuh sesak. Namun, jemaah Kediri tetap semangat dan bisa mengikuti arus putaran tawaf dengan tertib. Mereka berjalan menuju lampu hijau yang menandai titik awal rukun hajar aswad, menuntaskan tujuh putaran tawaf dengan khusyuk.
Setelah tawaf selesai, jemaah melanjutkan dengan salat sunah dua rakaat dan berdoa, lalu menjalani sai dari bukit Safa ke Marwah. Semua dilakukan dalam kondisi yang cukup padat, namun tetap lancar.
“Ya Allah... matur nuwun, sedaya rukun dan wajib haji sudah selesai. Ayem ati kula,” ucap Zaenal Arifin, salah satu jemaah asal Kediri Raya, dengan mata berkaca-kaca setelah menuntaskan rangkaian ibadah.
Dengan hampir selesainya seluruh rangkaian ibadah haji, para jemaah kini memasuki tahap akhir dan tinggal menunggu jadwal kepulangan. Meski kehilangan dua sosok dalam rombongan, semangat ibadah tetap dijaga. Doa pun terus mengalir agar seluruh jemaah diberikan kesehatan dan kelancaran hingga kembali ke tanah air. (RED.AL)
0 Komentar