Gua Selomangleng: Warisan Sunyi di Lereng Gunung Klothok yang Masih Bertahan

 



 KEDIRI, detik24jam.online– Terletak di lereng Gunung Klothok, tepatnya di Jalan Mastrip, Kelurahan Pojok, Kecamatan Mojoroto, Gua Selomangleng menjadi salah satu ikon sejarah dan spiritualitas yang masih hidup di tengah masyarakat Kota Kediri.

Meski dari luar tampak seperti batu besar hitam yang sunyi, gua ini menyimpan cerita panjang yang tak lekang oleh waktu. Dibuat dari batu andesit hitam alami dan diperkirakan telah ada lebih dari lima abad lalu, Gua Selomangleng menjadi saksi bisu kejayaan masa lampau sekaligus ruang hening untuk laku spiritual.

Hingga Selasa (17/6/2025), gua ini terus dikunjungi masyarakat. Mulai dari wisatawan sejarah, keluarga yang ingin sekadar berfoto, hingga para pelaku spiritual yang datang untuk bertapa.

Keaslian Dijaga, Ritual Tetap Dilakukan

Widodo, petugas penjaga gua yang telah bertahun-tahun merawat situs ini, menyampaikan bahwa keaslian gua adalah hal yang mutlak dijaga.

“Gua ini bukan buatan manusia modern. Kalau ditambah semen atau renovasi, justru akan merusak keasliannya,” ujar Widodo.

Perawatan gua pun dilakukan dengan cara tradisional. Hanya air bersih, bunga setaman, dan minyak wangi seperti saffron yang digunakan. “Tidak boleh pakai sabun atau bahan kimia, bisa merusak batuannya,” imbuhnya.

Pada malam hari, suasana gua berubah menjadi hening dan magis. Widodo mengakui bahwa beberapa orang datang untuk melakukan pertapaan. Mereka biasanya membawa dupa, bunga, dan minyak wangi untuk keperluan ritual.

“Saya pribadi tidak pernah masuk saat malam. Hawanya beda. Tapi kalau orang bertapa itu ada. Tergantung kepercayaan masing-masing,” ujarnya tenang.

Lebih dari Sekadar Gua

Gua Selomangleng bukan hanya ruang sejarah dan spiritual. Di sekitarnya, kawasan wisata juga dilengkapi museum kecil dan kolam renang keluarga. Pemerintah Kota Kediri turut menjaga kawasan ini sebagai bagian dari pelestarian warisan budaya.

Siti, seorang pengunjung asal Jong Biru, mengaku sering berkunjung bersama anak-anak. “Tadi habis renang di Dlopo, terus mampir ke gua. Teman saya dari Pemalang juga penasaran,” ujarnya.

Menurutnya, suasana di Gua Selomangleng memang berbeda. “Katanya sering dipakai pertapaan atau acara spiritual seperti jaran kepang,” tambahnya.

Simbol Budaya dan Keteguhan Makna

Gua Selomangleng adalah bukti bahwa warisan budaya tidak hanya tentang bangunan atau fisik semata. Lebih dari itu, nilai-nilai spiritual dan narasi sejarah yang hidup di tengah masyarakat menjadi fondasi penting dari pelestariannya.

Dengan paduan lingkungan alami yang terjaga, cerita rakyat yang diwariskan secara lisan, dan kepercayaan yang terus tumbuh, Gua Selomangleng menjadi ruang kontemplasi yang tetap hidup — sunyi, sakral, dan bermakna. (red:a)

0 Komentar