Mring Sepodo Ojo Dumeh, Ajaran Wali Penadaran Sesama Manusia Jangan Sombong
Mojokerto, detik24jam.online - Wali Penadaran merupakan ulama keturunan Prawiro Seno, tumenggung di wilayah Bangsal, Mojokerto pada zaman Kerajaan Majapahit. Salah satu ajarannya sangat mulia, yakni larangan tidak bersifat sombong kepada sesama manusia.
Makam Wali Penadaran nampak paling bagus di kompleks makam keluarga Tumenggung Prawiro Seno. Betapa tidak, makam ulama ini ada di dalam sebuah cungkup atau bangunan berbahan kayu. Persis di atas makam terdapat tembikar untuk menancapkan dupa dan kendi untuk air. Kembang-kembang bertaburan di atas makam warna putih ini.
Di sebelah selatan makam Wali Pendaran terdapat makam yang dikelilingi pagar. Yaitu makam Tumenggung Prawiro Sakti yang juga tumenggung zaman Majapahit. Juru kunci makam, Suyono (48) mengatakan, Prawiro Sakti merupakan putra Tumenggung Prawiro Seno. Begitu pula Wali Penadaran.
"Wali Penadaran adiknya Tumenggung Prawiro Sakti. Mbah Seno masih Hindu, kalau Wali Penadaran muslim, dakwahnya di sekitar sini," jelasnya kepada wartawan di lokasi, Dusun Sumberame, Desa Sumberwono, Bangsal, Mojokerto, Kamis (21/3/2024).
Menariknya, di muka makam Wali Penadaran terdapat tulisan dalam bahasa Jawa 'Mring Sepodo Ojo Dumeh' yang dibuat berbahan semen. Menurut Suyono, tulisan ini dibuat peziarah asal Kediri. Artinya, kepada sesama manusia jangan sombong.
Kalimat pendek itu salah satu ajaran Wali Penadaran. Oleh sebab itu, lanjut Suyono, para peziarah dilarang bersifat angkuh, sombong dan tidak sopan ketika mengunjungi kompleks makam keluarga Tumenggung Prawiro Seno. Konon pengunjung yang tidak sopan bakal diganggu penunggu kompleks makam ini.
"Pernah zaman kakek saya dulu, di sini belum dibangun, masih gelap. Ada pengunjung yang tingkah lakunya tak ada tata krama, dilempar ke sungai di sebelah utara kompleks makam. Ada juga yang dilempar ke kebun bambu," ungkapnya.
Berdasarkan penuturan mendiang kakeknya, Tumenggung Prawiro Seno dan Wali Penadaran mempunyai perawakan tinggi, berwajah Jawa, serta memakai udeng khas pejabat kerajaan. Selama ini, Suyono belum pernah bertemu secara gaib dengan sosok para tokoh di kompleks makam ini. Kecuali dengan Eyang Gimbal.
"Saya cuma pernah ditampaki Eyang Gimbal saat mengantar peziarah jam 1 malam. Saya sampai lari ketakutan, tubuhnya besar, rambutnya panjang," tandasnya.
Kompleks makam Tumenggung Prawiro Seno dan keluarganya di tengah kebun tebu yang cukup jauh dari permukiman penduduk. Persis di depannya merupakan kompleks makam umum Dusun Sumberame dan Sumbersono.
Di atas lahan 1 hektare aset Dusun Sumberame ini berisi banyak makam kuno. Suasananya sangat asri sebab ditumbuhi banyak pepohonan besar, seperti jati, beringin dan kecacil. Terdapat musala, kamar mandi, balai untuk istirahat peziarah, hingga warung kopi di dalamnya.
Makam Tumenggung Prawiro Seno di bagian utara kompleks makam. Di tengah areanya ditumbuhi pohon besar jenis jati dan kecacil. Sebelah timurnya adalah makam Eyang Gimbal, kakek sang tumenggung. Sedangkan sebelah baratnya makam Putri Ayu, anak sang tumenggung. Ketiga makam dikeliling pagar berhiaskan Surya Majapahit yang dipercaya sebagai lambang Kerajaan Majapahit. (red.j)
0 Komentar