BW Tuding Suara Prabowo di Daerah yang Dikunjungi Jokowi Melonjak

 

Jakarta, detik24jam.online - Bambang Widjojanto (BW) menjadi salah satu pengacara Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dalam sidang sengketa hasil Pemilu 2024 di Mahkamah Konstitusi (MK). Dalam sidang tersebut, BW membandingkan suara Prabowo Subianto pada Pilpres 2014, 2019 dan 2024.

BW awalnya mengungkit ada lonjakan elektabilitas Prabowo usai mengumumkan Gibran Rakabuming Raka, yang merupakan putra Presiden Joko Widodo (Jokowi), sebagai calon Wakil Presiden pada Oktober 2023. Dia mengatakan sejumlah survei menunjukkan elektabilitas Prabowo melejit menjadi 39,3 persen di Desember 2023 dan menjadi 58,84 persen di Februari 2024.

"Ini sesuatu yang sangat luar biasa menunjukkan ada intensi kecurangan yang dahsyat," kata BW dalam sidang di Gedung MK, Jakarta Pusat, Rabu (27/3/2024).

Dia kemudian menuding ada kampanye terselubung oleh Jokowi dalam berbagai kunjungannya ke daerah. Dia juga menyebut ada pembagian bansos di daerah yang disebutnya merupakan wilayah di mana Prabowo meraih suara rendah pada Pemilu 2014 dan 2019.

"Area operasi adalah wilayah di mana Prabowo Subianto ternyata meraih suara rendah pada Pemilu 2014 dan 2019 dengan sasaran pemilih diperkirakan 27 juta," ucapnya.

"Kunjungan Pak Joko Widodo, yang paling bawah, di Jawa Tengah, satu, dua tiga, lebih dari 15 dan di daerah itu bansosnya luar biasa, intervensi terhadap aparaturnya luar biasa, dan kenaikan perolehan angka paslon 02 juga luar biasa," ucapnya.

BW kemudian menunjukkan tabel yang disebutnya menunjukkan hasil perolehan suara Prabowo pada Pemilu 2014, 2019 dan 2024. Dia menyebut ada kenaikan suara Prabowo pada Pemilu 2024 di daerah yang dikunjungi Jokowi.

BW kemudian mengambil contoh raihan suara Prabowo di Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara. Pada Pilpres 2014, dia mengatakan Prabowo mendapat suara 21,91 persen. Pada Pilpres 2019, katanya, Prabowo mendapat suara 9,01 persen.

"Tapi di tahun 2024 menjadi 75,39 persen itu artinya incredible, terjadi kenaikan 66,38 persen. Kami meyakini angka itu terjadi bukan karena kehebatan pemilih dalam memilih calon terbaiknya tapi ada intervensi luar biasa dari bansos, kunjungan-kunjungan dan sebagian aparatur serta the all of the president's men," ucapnya.(red.sa)


0 Komentar