Baitul Hikmah, Saksi Kejayaan Islam Era Abbasiyah

  



Jakarta, detik24jam.online - Islam memiliki banyak bangunan bersejarah dengan fungsi yang bermacam-macam pada masanya. Salah satu bangunan tersebut adalah Baitul Hikmah.

Baitul Hikmah adalah bangunan penyimpanan ilmu terbesar yang dimiliki umat Islam, yang berupa perpustakaan. Baitul Hikmah ini menjadi perpustakaan Islam pertama yang terletak di Baghdad. Berikut sejarahnya.

Baitul Hikmah, Perpustakaan Terbesar Umat Islam 
Dirangkum dari buku Sejarah dan Perbandingan Perkembangan Perpustakaan di Dunia karya Rhoni Rodin, Baitul Hikmah adalah bangunan perpustakaan Islam pertama yang berada di Baghdad. Baitul Hikmah menjadi perpustakaan dan pusat penerjemahan pada masa Dinasti Abbasiyah.

Baitul Hikmah dianggap sebagai pusat intelektual dan keilmuan pada masa Zaman Kegemilangan Islam (The golden age of Islam). Sebab sejak awal berdirinya kota ini sudah menjadi pusat peradaban dan kebangkitan ilmu pengetahuan dalam Islam.

Penggunaan Baitul Hikmah ini diperluas pada masa Abbasiyah. Perintis Baitul Hikmah adalah khalifah Harun al-Rasyid dengan bantuan dari orang-orang yang memegang kepemimpinan dalam pemerintahan. Pada masanya, Baitul Hikmah bernama Khizanah al-Hikmah (Khazanah Kebijaksanaan).

Tujuan utama didirikannya Baitul Hikmah adalah untuk mengumpulkan dan menyalin ilmu-ilmu pengetahuan asing ke dalam bahasa Arab. Hal ini menjadi awal kemajuan yang dicapai Islam.

Sejak al-Makmun mengembangkan lembaga ini pada 815 M, namanya diubah menjadi Baitul Hikmah. Pada masa ini Baitul Hikmah digunakan secara lebih maju, yaitu sebagai tempat penyimpanan buku-buku kuno dari Persia, Bizantium, bahkan Ethiopia dan India.
Banyak ilmuwan yang datang dari berbagai penjuru datang ke Baitul Hikmah. Tidak hanya berfungsi sebagai perpustakaan, Baitul Hikmah juga menjadi pusat kegiatan studi dan riset astronomi dan matematika. Bahkan al-Makmun juga menjadikan Baitul Hikmah di Baghdad sebagai akademi pertama yang lengkap.

Faktor Berdirinya Baitul Hikmah
Motivasi pendirian Baitul Hikmah adalah keinginan meniru lembaga hebat yang didirikan oleh orang-orang kristen Nestorians. Selain itu juga terdapat faktor-faktor lain seperti 
  • Adanya apresiasi yang tinggi dari sebagian besar masyarakat terhadap kegiatan keilmuan.
  • Melimpahnya kekayaan negara dan tingginya prestasi Khalifah al-Makmun terhadap ilmu pengetahuan dan kebudayaan.

Peran Baitul Hikmah
Tujuan utama didirikannya Baitul Hikmah adalah untuk menggalakkan dan mengkoordinir kegiatan pencarian dan penerjemahan karya-karya klasik dari warisan intelektual Yunani, Persia, Mesir, dan sebagainya ke dalam bahasa Arab, khususnya umat Islam. Faktor-faktor yang mendorong umat Islam untuk melakukan kegiatan penerjemah dan transfer ilmu-ilmu kuno yaitu
  • Keinginan untuk menguasai ilmu-ilmu yang belum dimiliki.
  • Kemajuan ilmu pengetahuan merupakan konsekuensi dari peningkatan kemakmuran dan kemajuan ekonomi.
  • Suasana persaingan (prestise) antara orang-orang Arab dengan lainnya.
  • Dorongan ayat-ayat Al-Qur'an (ajaran Islam) tentang menuntut ilmu pengetahuan.
Transfer ilmu pengetahuan menjadi lebih maju dengan berdirinya Baitul Hikmah. Pesatnya perkembangan Baitul Hikmah ini mendorong untuk memperluas peranannya, bukan hanya sebagai lembaga penerjemah, tetapi juga meliputi:

  • Sebagai pusat kegiatan perencanaan dan pengembangan pelaksanaan pendidikan.
  • Sebagai pusat dokumentasi dan pelayanan informasi keilmuan bagi masyarakat, antara lain ditunjukkan dengan berdirinya perpustakaan di kota Baghdad.
  • Sebagai pusat dan forum kegiatan pengembangan keilmuan, sehingga semua perangkat risetnya juga dilengkapi dengan observatorium astronomi.
Hancurnya Baitul Hikmah
Dirangkum dari buku Dinamika Lembaga Pendidikan Islam Klasik: Menyoroti Kuttab, Madrasah Nizhamiyah, Hingga Al Azhar karya Abuzar Al Ghifari, berdirinya Baitul Hikmah memberikan peran terhadap kemajuan peradaban ilmu di masanya. Namun semenjak al-Makmun, Baitul Hikmah mulai meredup.

Baitul Hikmah tetap berdiri hingga abad 5 H atau awal abad ke-12 M, namun namanya berubah menjadi Darul Ilmi yang bertahan hingga 479 H atau 1086 M. Namun Darul Ilmi ini semakin meredup karena mulai bermunculan Madrasah Nizamiyah, karena dari sana mulai bermunculan kecaman para ulama terhadap ilmu filsafat yang tumbuh dan berkembang dan pusatnya di Baitul Hikmah.

Puncak kehancuran Baitul Hikmah yaitu ketika Tatar menyerang Baghdad, saat itu dipimpin oleh Khalifah Mau'tashim Billah. Penyerangan Tatar ke Baghdad ini sangat mengenaskan, terutama kepada umat Islam.

Masyarakat Baghdad dibantai oleh pasukan Tatar. Mereka juga mengambil buku-buku dari perpustakaan Baitul Hikmah dan melemparnya ke Sungai Dajlah.(red.sa)


0 Komentar