Performa Anjlok, Ini Saran Bonek Writers Forum untuk Persebaya

  



Jember, detik24jam.online - Anjloknya performa Persebaya Surabaya selama lima pekan awal kompetisi sepak bola Liga 1 musim 2023-24 tak hanya karena urusan taktik, tapi juga psikologis. Bonek Writers Forum (BWF) memberikan sejumlah saran kepada manajemen Persebaya untuk memperbaiki performa.

Persebaya hanya memetik 5 angka dari kemungkinan 15 angka yang bisa diperoleh. Tim asuhan Aji Santoso ini hanya menang sekali lawan Persis Solo (3-2), dua kali seri di kandang sendiri saat melawan Barito Putra (1-1) dan Rans Nusantara (2-2), dan kalah 0-2 dari PSIS Semarang dan 0-1 dari Persija Jakarta.

Apa yang membuat performa Persebaya tidka bersinar? Dari aspek psikologis, Dianita Iuschinta, anggota BWF yang juga praktisi psikologi olahraga, melihat, ketidakkompakan tim Persebaya sudah terlihat sejak pramusim. “Saya pikir waktu itu masih wajar. Namun ternyata saat kompetisi berjalan, ketidakkompakan masih terlihat,” katanya, Jumat (4/8/2023).

Menurut Dianita, beberapa pemain terkadang masih bingung memposisikan dirinya atau memilih opsi arah operan bola. “Bandingkan musim lalu, pemain tanpa tolah-toleh mencari teman dan sudah langsung mengoper bola dan disambut juga oleh teman setim,” katanya.

Ini menunjukkan kohesivitas tim masih lemah. “Ini variabelnya banyak, tentang komunikasi, pembagian peran, keakraban, saling menyayangi, saling memiliki, dalam tim dan lain-lain,” kata alumnus pascasarjana Universitas Airlangga Surabaya yang menekuni bidang sains psikologi ini.

Kebingungan pemain dalam menentukan peran masing-masing jelas berdampak terhadap kerja sama tim. “Sebagai tim, mereka tentu paham kalau ada satu pemain yang mengalami kesulitan, pemain lain harus membantu. Namun beberapa kali Persebaya kebobolan karena pemain terlambat menutup posisi yang ditinggalkan teman yang maju membantu penyerangan, atau terlambat kembali ke posisi masing-masing,” kata Dianita.

Beruntung penjaga gawang inti dan cadangan Persebaya bermain apik musim ini. “Persebaya beruntung punya kiper-kiper bagus, meski mungkin para kiper ini menggerutu jengkel sendiri melihat penampilan kawan-kawan mereka,” kata perempuan berjilbab ini.

Kukuh Ismoyo, analis taktik Bonek Writers Forum, setali tiga uang dengan Dianita. Ia melihat ada pemain yang tak selalu nyaman dalam satu posisi yang diberikan pelatih, seperti Sho Yamamoto. “Dia terlihat cukup mobile ketika dipasang di belakang Paulo Victor. Jauh lebih baik saat ia diplot sebagai winger kanan,” katanya.

“Demikian pula Ze Valente yang justru terlihat lebih baik saat memerankan posisi nomor 10 daripada posisi sebagai deep lying playmaker. Karakter permainan setiap pemain macam ini harus dimengerti oleh Aji dan kawan-kawan di staf kepelatihan,” kata Kukuh.

Kukuh berpendapat, melatih Persebaya empat tahun sudah cukup bagi Aji untuk tahu kekuatan dan kelemahan skema permainan selama ini. “Dengan mengetahui karakter permainan para pemain, ia akan tahu bagaimana memaksimalkan mereka dengan baik,” katanya.

Mengatasi persoalan kohesivitas tim, Dianita memberikan tiga saran. Pertama, manajemen Persebaya sebaiknya mengadakan pertemuan untuk mendiskusikan permasalahan di tim dan mencari cara mengatasinya bersama-sama. “Kegiatan ini juga bisa digunakan untuk melepas emosi negatif pasca hasil kurang memuaskan beberapa pertandingan terakhir,” katanya.

Kedua, lebih sering mengadakan kegiatan non formal bersama tim. “Misalnya makan bersama, nonton film bersama, analisis video permainan lawan bersama, atau mengatur pemain yang berposisi sama atau mirip dalam satu kamar supaya dapat berdiskusi dan semakin akrab,” kata Dianita.

Terakhir, Diantia menyarankan Persebaya membuat sistem atau peraturan khusus mengenai peran para pemain, supaya mereka memahami konsekuensi dari setiap tindakan, baik di lapangan maupun di luar lapangan.

“Contoh ketika ada satu dua pemain terlambat mengikuti makan bersama, maka satu tim tidak boleh makan terebih dulu. Atau ketika ada satu pemain yg terlambat datang latihan, maka satu tim diberi hukuman entah joging keliling lapangan atau yang lain,” kata Dianita.

Di sinilah sebenarnya peran seorang psikolog dibutuhkan. Menurut Kukuh, kehadiran psikolog bisa mengungkap suasana hati pemain. “Apakah betul, para pemain Persebaya tertekan? Entah tekanan akan hasil bagus dan juara, ataukah tekanan dari Bonek yang menonton mereka. Itu harus dicari tahu manajemen Persebaya,” katanya.

Kukuh menyarankan manajemen mengontrak seorang psikolog dalam tim. “Bukan apa-apa, untuk tim yang mencanangkan juara, serta berkiblat pada sepakbola asing, agak aneh juga rasanya tidak punya seorang psikolog,” katanya.

Mewakili Bonek Writers Forum, Kukuh juga meminta manajemen Persebaya tidak bersikap konservatif, dan sebaiknya segera memodernisasi sistem kepelatihan. “PSM Makassar berhasil menjadi juara setelah memadupadankan kemampuan pelatihnya dengan informasi dari video analisnya di setiap pertandingan,” katanya.

Kukuh berharap Aji dan tim staf kepelatihan tidak alergi dengan modernisasi kepelatihan. “Tim-tim dunia sudah mengadopsi ini jauh-jauh hari, dan tentunya kita tahu beberapa tim Liga 1 juga melakukan ini. Kenapa Persebaya tidak,” katanya.

Kukuh tidak keliru. Sepak bola saintifik sebenarnya bisa digunakan untuk memperbaiki performa Persebaya, satu di antaranya dengan melihat catatan statistik pertandingan. Moch. Rizky Pratama Putra, pengamat statistik sepak bola Bonek Writers Forum, mengatakan, Aji Santoso perlu melihat data untuk mengetahui bahwa kondisi lini depan dan belakang Persebaya sedang tidak baik-baik saja.

“Butuh strategi yang tepat untuk menaruh pemain di line-up, apalagi di posisi lini belakang agar tidak mudah kebobolan terlebih dahulu,” kata Rizky, menunjukkan data tren negatif Persebaya selama lima pekan berdasarkan nilai xG (Expected Goal) atau peluang yang berhasil diciptakan.

Berdasarkan kajian Rizky, nilai xG Persebaya sangat minim, dengan rata-rata 1.14 per pertandingan. Ini artinya Persebaya hanya mampu menciptakan 1 gol dari peluang yang diciptakan tiap pertandingan. Bahkan pada pekan ke-3 dan ke-5 Persebaya tidak mampu mencetak gol sama sekali.

“Kondisi ini menunjukkan bahwa memang lini depan Persebaya punya masalah untuk menciptakan sebuah peluang dan mengkonversinya menjadi gol. Ini berbeda dengan nilai xGA (Expected Goal Against) atau peluang yang berhasil diciptakan oleh lawan Persebaya yang menunjukkan stabilitas dengan rata-rata cukup tinggi hingga pekan ke-5, yakni 1.47 per pertandingan,” kata Rizky prihatin,

Dari lima pertandingan, Persebaya tidak pernah nirbobol. “Ini menunjukkan bahwa memang lini belakang Persebaya punya masalah dalam organisasi permainannya, terutama di sisi full back yang kualitasnya punya jarak cukup jauh antara pemain inti dengan cadangan,” kata anak muda yang punya akun Pojok Stats ini.

Solusi yang patut dicoba adalah tidak memainkan pemain asing yang belum berkontribusi positif terhadap permainan tim. “Dengan mencadangkan pemain asing, Persebaya bisa kembali ke pattern permainan bola pendek dan cepat di lini tengah, seperti di babak kedua saat menghadapi Persija,” kata Rizky.

Rizky menekankan perlunya Aji memberikan kepercayaan kepada pemain lokal yang paham dengan maksud dan filosofi bermainnya. “Daripada terus-menerus memaksakan pemain asing yang belum bisa bermain dengan pakem Persebaya yang justru akan membuat tim semakin kesulitan,” katanya.

Sebagaimana Kukuh dan Dianita, Rizky meminta manajemen mendatangkan tim psikolog untuk menaikkan moral pemain. “Moral pemain bisa jadi hancur ketika terus mengalami tren negatif selama lima pertandingan terakhir,” katanya.

Bonek Writers Forum berharap manajemen dan pelatih Persebaya mau mendengarkan kritik, jika tetap ingin berada di jalur juara. “Jika tidak akan ada badai demotivasi pemain dan suporter yang justru akan banyak merugikan Persebaya secara keseluruhan,” kata Rizky.(red.ika)

0 Komentar